Berita

Menjawab Tantangan Public Relations Dalam Menyikapi Tahun Politik

BANDUNG, UNIKOM- Memanfaatkan momen silaturahmi usai Hari Raya Idul Fitri 1439H, Perhimpunan Hubungan Masyarakat (Perhumas) Indonesia mengadakan Coffee Morning dan Halalbihalal 2018 bertempat di Financial Club Jakarta, Jl. Jend. Sudirman Kav. 58, Jakarta Selatan. Kegiatan yang berlangsung pada Jumat (13/7) pukul 08.00-11.00 WIB dihadiri oleh sejumlah Pengurus Pusat Perhumas Indonesia dari kalangan praktisi maupun akademisi serta beberapa perwakilan Pengurus Perhumas Cabang salah satunya dari BPC Bandung yang diwakili oleh Dr. Desayu Eka Surya, S.Sos.,M.Si selaku Direktur Humas dan Protokoler Unikom bersama Staf Humas Unikom, Ismyuli Tri Retno, S.I.Kom, serta Ketua Bidang Riset Perhumas BPC Bandung, Hadi Purnomo, M.Si, juga sebagai akademisi dari Telkom University.

Tak sekedar bersilaturahmi, kegiatan yang dikemas dalam bentuk diskusi pun merujuk sebuah tema menarik yakni “Public Relations Dalam Tahun Politik”. Melalui sambutan pembukanya, Ketua Umum Perhumas Indonesia, Agung Laksamana, M.Sc.,MCIPR, menuturkan bahwa saat ini posisi Public Relations bisa dikatakan berada pada masa Vivere Pericoloso yang dalam bahasa Indonesia berarti ‘hidup di tengah bahaya’. Hal ini merupakan implikasi dari suhu politik yang semakin memanas hingga menciptakan sensitivitas lebih tinggi di antara masyarakat.

“Sebagai negara yang paling sering aktif di sosial media, masyarakat semakin diramaikan dengan berbagai tagar yang memicu ketegangan antara satu sama lain, lalu bagaimana seorang Public Relations bisa menyikapi ini semua? Bagaimaan Public Relations membaca trend untuk menetapkan rencana strategis menghadapi situasi seperti ini? Sehingga nantinya Public Relations mampu menyampaikan pesan yang dapat diterima dengan baik oleh masyarakat dan stakeholdersnya,” ujar Agung.

Saat ini tahun politik yang tengah terjadi di Indonesia beriringan dengan banyaknya masyarakat yang ditempa berita miring dan informasi hoax dari berbagai media. Tentunya, profesi Public Relations memiliki peran penting untuk mengambil tindakan tegas yang bisa dipetik dari masukan sejumlah pembicara kompeten, diantaranya: 1) Brigjen Pol. Drs. Rikwanto, S.H.,M.Hum (Karo Multimedia Divisi Humas Polri); 2) Dr. Virsan Nova (Managing Director of Nexus Mitigationand Strategic Communications); dan 3) Arif Zulkifli (Pemimpin Redaksi Majalah Tempo). Turut hadir dalam kesempatan tersebut, Wakil Ketua Umum I, Bapak Heri Rakhmadi, Wakil Ketua Umum 2, Bapak Boy Kelana Soebroto, Sekretaris Umum, Ibu Ita Kusumawati, juga Dewan Kehormatan Perhumas, Ibu Elisabeth Goenawan Ananto dan Ibu Miranty Abidin, Bapak Noke Kiroyan.

Menjadi pembicara pertama, Rikwanto menuturkan bahwa hoax merupakan bagian dari motif komunikasi propaganda yang sengaja dirancang untuk memenuhi maksud dan tujuan sejumlah pihak tertentu. Hoax pun menjadi alat agitasi untuk menyerang pihak-pihak tertentu dengan berita-berita negatif. Maka dari itu, beliau menghimbau agar Public Relations bisa mencermati setiap informasi, misalnya dengan cara membangun komunikasi dua arah, jujur, terbuka, menyampaikan informasi sesuai data dan pahami kode etiknya.

Hal senada diungkapkan oleh Firsan Nova bahwasannya posisi Public Relations dalam isu politik harus mampu menakar kekuatan isu. Firsan mengemukakan tiga hal utama dalam menakar isu, diantaranya: 1) Source of Issue; 2) Content of Issue; dan 3) Public Interest to The Issue. Berada pada posisi vital, Public Relations akan dihadapkan pada sejumlah tantangan, namun bagaimana caranya Public Relations tetap mendukung #indonesiabicarabaik, tentap menjaga relasi, berpegang teguh pada prinsip Puclic Relations dan memberikan edukasi bagi publiknya.

Menutup kegiatan tersebut, Arif Zulkifli sebagai pemateri terakhir mengemukakan data yang ia miliki terkait calon presiden dan calon wakil presiden akan menjadi topik pembuka dalam tahun politik. Beliau menghimbau masyarakat agar mampu menangani isu yang sudah terlanjur dipercaya publik dan sebisa mungkin merubah perspektif negatif publik. Menurutnya, Public Relations harus memegang prinsip dasar kejujuran dan harus berkampanye demi kebaikan bersama. Melalui kegiatan ini, diharapkan para praktisi maupun akademisi Public Relations bisa membentuk persamaan sikap yang harus ditempuh dalam menyikapi tahun politik di Indonesia dan bekerja sama menjaga netralitas demi kebaikan bangsa. (Direktorat Hms & Pro)