Berita

Praktisi dan Akademisi Unikom Hadiri Diskusi Terbatas di Pikiran Rakyat

BANDUNG, UNIKOM- Sejumlah akademisi dan praktisi Unikom juga sebagai pengurus Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia (ISKI) Jabar masa bakti 2018-2020, diantaranya Direktur Humas dan Protokoler, Dr. Desayu Eka Surya, S.Sos.,M.Si, Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi, Dr. Rismawaty, M.Si, serta perwakilan Dosen Prodi Ilmu Komunikasi, Sangra Juliano P, M.I.Kom dan Tina Rakhmatin Sabariah, M.I.Kom, hadir dalam Diskusi Terbatas di Aula Pikiran Rakyat, Jalan Asia Afrika 77 Kota Bandung, Kamis (29/11/2018). Diskusi bertajuk “Ideologi Kebencian di Ruang Publik Digital” berlangsung atas kerjasama ISKI Jabar dan Harian Pikiran Rakyat, menghadirkan pembicara praktisi media sosial dan aktivis gerakan antihoaks Atalia Praratya Kamil dipandu moderator Dekan Fikom Unisba, Septiawan Santana Kurnia.

Bagi Atalia, penyebaran berita bohong (hoaks) dan ujaran kebencian yang marak terjadi di media sosial memiliki dampak luas, tidak hanya pada yang diberitakan saja. Terlebih beberapa waktu lalu, pihaknya dan sang suami, Ridwan Kamil, kerap diserang informasi atau berita bernada ujaran kebencian dan hoaks di masa kampanye. Seperti dilansir dari pikiran-rakyat.com, Atalia menuturkan "Orang berpikir bahwa info yang disebarluaskan akan berefek pada yang bersangkutan tapi tidak, dampaknya juga terjadi pada saya, pertemanan, dan juga keluarga, mereka (penyebar ujaan kebencian dan juga hoaks) tidak berpikir efek hoaks itu berngaruh luas," tuturnya.

Meski telah dipayungi aturan perundang-undangan, Atalia menilai dirinya perlu berbuat sesuatu agar penyebaran ujaran kebencian atau hoaks di ruang publik tidak semakin menjamur. “Saya sampaikan klarifikasi sebisa kita lakukan melalui media sosial sendiri sehingga mampu sedikit meredam isi berita hoaks,” ujarnya. Selain itu, pihaknya selalu tenang karena pada akhirnya kebenaran akan terungkap.

Diskusi yang dibuka oleh Ketua ISKI Jabar Atie Rachmiatie, turut dihadiri Direktur Bisnis PT Pikiran Rakyat Bandung Januar P. Ruswita, Guru Besar Fikom Unisba Neni Yulianita, Ketua KPID Jabar Dedeh Fardiah, Mahi M Hikmat, Neng Athiatul Faiziyah, dan anggota ISKI lainnya. Januar berpendapat salah satu efek negatif perkembangan teknologi komunikasi saat ini memang meningkatnya intensitas ujaran kebencian."Jadi ini sangat luar biasa karena terbuka jadi banyak apalagi masyarakat belum teredukasi. Ujaran kebencian antar masyarakat jadi bisa mendorong kekerasan. Maka diperlukan regulasi yang mengatur, bagaimana regulasi bisa mendorong dan meningkatkan kecerdasan masyarakat, buat komunikasi lebih baik dan bertanggungbkawab dan menghasilkan sesuatu yang bermanfaat," jelasnya.

Sementara itu, Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi (Stikom) Bandung Dedy?Djamaluddin Malik menegaskan ruang publik termasuk di ranah digital harus dialihkan kepada sikap rasional yang menghormati fakta dan kebenaran obyektif, bukan luapan prasangka. Kemudian, “lian” atau pihak lain (others) harus diterima sebagai fakta sosial agar berkoeksistensi damai lewat “kebersamaan” (togetherness). Kelompok yang mampu melawan ideologi kebencian adalah komunitas kampus, media massa dan tokoh masyarakat. Atas dasar itulah, media perlu berkolaborasi dengan pihak yang berkepentingan, termasuk kalangan akademisi dan pengambil kebijakan untuk memberikan nilai tambah dan menjadi solusi dan referensi acuan masyarakat. (Direktorat Hms & Pro)