Berita

Direktur Kolaborasi Lembaga Unikom Menjadi Narasumber Pada Webinar “Perempuan Pensyair Dalam Menghadapi Digitalisasi Di Era Revolusi Industri 4.0”

BANDUNG, UNIKOM - Revolusi Industri 4.0 merupakan era yang diwarnai oleh kecerdasan buatan (artificial intelligence), era super komputer, rekayasa genetika, inovasi, dan perubahan cepat yang berdampak terhadap ekonomi, industri, pemerintahan, dan politik. Gejala ini diantaranya ditandai dengan banyaknya sumber informasi melalui media sosial, seperti youtube, Instagram, dan sebagainya. Hadirnya Revolusi Industri 4.0 seharusnya dapat dimanfaatkan dan dikelola dengan baik oleh kaum perempuan karena memiliki prospek yang menjanjikan bagi posisi perempuan sebagai bagian dari peradaban dunia.

Oleh karena itu, Unikom bekerjasama dengan para sastrawan mengadakan webinar dengan tema “Perempuan Pensyair dalam Menghadapi Digitalisasi di Era Revolusi Industri 4.0” pada Kamis, 22 April 2021 Pukul 14.00 – 15.30 WIB. Secara daring melalui media zoom meeting. Pada acara tersebut menghadirkan beberapa narasumber perempuan yang begitu inspiratif salah satu nya berasal dari Universitas Komputer Indonesia (Unikom) Bandung yaitu Direktur Kolaborasi Lembaga Unikom Dr. Nina Kurnia Hikmawati, SE., MM yang mana pada kesempatan tersebut memaparkan mengenai sastra dan revolusi industri 4.0.

Nina menjelaskan kegiatan tersebut adalah hasil dari kerjasama dari berbagai pihak. Pensyair, Akademisi. Pensyair adalah sebutan bagi pengarang syair, pengarang sajak pujangga, kata penyair adalah bujangga, pujangga, penyajak, sastrawan penulis. Periode sastra menurut HB Jassin : Sastra melayu lama, Sastra Indonesia Modern 1) Angkatan balai pustaka, 2) Angkatan Pujangga baru, 3) Angkatan tahun 45 dan 4) Angkatan Tahun 66.

Nina menambahkan, bahwa dasar – dasar adanya sebuah perubahan dunia khususnya dalam hal teknologi terdapat delapan teknologi penting yang berdampak besar bagi bisnis yaitu, 1) Artificial Intelligence, 2) Internet of Things (IoT), 3) 3D printing, 4) Robotic, 5) Blockchain, 6) Drone, 7) Virtual Reality (VR) dan 8) Augmented Reality (AR).

Peran perempuan diera digital tidak cukup hanya berperan sebagai ibu rumah tangga (domestik) tetapi juga dituntut untuk mampu berperan diluar rumah seperti melakukan usaha keluarga maupun sebagai perempuan karier. Diera digital yang ditandai dengan tumbuhnya industri STIM, memberikan peluang besar bagi perempuan untuk berkiprah lebih luas, namun masih sedikit yang mampu memanfaatkan kesempatan ini. Perempuan memiliki peran yang sangat strategis dalam pembangunan, oleh karena itu dukungan berbagai pihak sangat diperlukan. Mudah mudahan sastra di Indonesia terus maju dan memberikan manfaat bagi semua orang untuk bisa menikmati hasil dari karya sastra yang ada. (Direktorat Hms & Pro)