BANDUNG, UNIKOM - Pertanian perkotaan menyediakan komunitas di kota-kota kesempatan untuk memaksimalkan penggunaan ruang yang tidak digunakan. Namun, praktek pertanian perkotaan saat ini perlu ditingkatkan secara signifikan sehingga lebih mudah dan lebih menarik untuk diadopsi oleh penduduk perkotaan. Ada beberapa tantangan yang dihadapi penduduk perkotaan untuk usaha ke pertanian perkotaan. Ruang luar yang terbatas adalah salah satu tantangan untuk menerapkan pertanian perkotaan di sebuah kota. Hidroponik adalah sistem pertanian yang dilakukan menggunakan media tanam air. Biasanya hal ini dilakukan untuk menyiasati lahan tanam yang terbatas di pekarangan rumah. Hasil panen dari urban farming juga dinilai lebih menyehatkan karena konsep bercocok tanam ini menerapkan sistem penanaman organik.
Oleh karena itu, tujuan utama penelitian ini adalah untuk merancang dan mengembangkan banyak inovasi pertanian portabel lahan untuk manajemen tanaman ruang dan daerah dalam ruangan seperti bangunan tinggi Penggunaan banyak sensor, mesin belajar algoritma analitik di platform komputasi untuk mengelola budidaya tanaman yang berbeda di UiTM dan UNIKOM akan membentuk teknologi menggunakan kasus-kasus untuk dipelajari.
Penelitian antara UiTM dan UNIKOM akan melibatkan empat tahap yang penyelidikan awal, desain dan pengembangan, data koleksi dan analisis, pengujian real-time dan evaluasi. Hasil penelitian yang diharapkan adalah desain dari beberapa prototipe pertanian yang berbasis-Banyak cerdas dan sistem dukungan keputusan (DSS) yang dapat mengoptimalkan produksi Hasil Produksi Hasil menghasilkan sementara meminimalkan Sisa sumber daya.
Irfan Dwiguna Sumitra, M.Kom., Ph.D Ketua Program Studi Teknik Informatika dalam wawancara mengatakan bahwa “Tema umun nya yaitu vertikal building dengan konsep algae culture jadi ini penelitian bersama antara UNIKOM dengan UiTM dan berawal dari bagaimana jika kita membuat sebuah penelitian dengan tema algae culture vertikal building untuk menangani permasalahan di perkotaan secara teknikal dibawah kami Tim UNIKOM dilapangan, Irfan Dwiguna Sumitra, Irawan Afrianto, Dedeng Hirawan, dan Senny Luckyardi. tapi jika berdasarkan yang dipayung melalui Mou yg dilakukan Rektor Unikom Prof. Dr. Ir. H. Eddy Soeryanto Soegoto, MT. dan Dekan FTIK, Assoc. Prof. Dr. Ir. Herman S. MBA demikian tutur.
Irfan juga menceritakan, “Persiapan penanaman bibit dilakukan pada bulan Maret 2021, sedangkan penanaman bibit nya dilakukan pada bulan Mei 2021. Awalnya, penanaman tersebut mengalami kegagalan karena perawatan yang tidak maksimal (kurang nya tim yang membantu) Solusinya, kami melibatkan mahasiswa yang membantu untuk perawatan penanaman bibit tersebut termasuk melihat dan memantau perkembangan tanaman tersebut.mahasiswa juga membantu kami membuatkan alat alat yang diperlukan untuk melakukan penelitaian yang berbasis IOT, agara kedepannya tanaman tersebut dapat terpantau melalui sistem IOT yang dibuat oleh mahasiswa kami dari Program Studi Teknik informatika”ungkap irfan
Irfan juga menaruh harapan mengenai ada dua jangka panjang yang ingin dicapai. Diantaranya ; 1) Dari sisi keilmuan, karena ini landasannya dari penelitian tidak mungkin kalo kita menghilangkan aspek keilmuan. Bisa publis dan bisa diakui bahwa ini merupakan terobosan terbaru dibidang pertanian. 2) Dari segi bisnis, masalah pada penelitian yang dilakukan tidak hanya selesai pada kajian penelitian saja, namun harus bermanfaat dari segi bisnis sehingga hasilnya dapat dimanfaatkan oleh masyarakat luas.
Lebih lanjut, Irfan memberikan Alasan penempatan tanaman di luar ruangan dan di dalam ruangan. menurutnya “memang sengaja dilakukan karena dengan tujuan penanama dengan sistem IOT ini tidak hanya dapat dilakukan oleh pelaku pertanian dengan lahan luas tapi juga dapat dilakukan dilahan terbatas seperti vertikal building yang mempunyai balkon yang tidak luas. Sehingga seseorang yang tidak memiliki tanaman yang luas masih berkesempatan untuk bercocok tanam. Bila hanya bercocok tanam dilakukan di dalam ruangan sangat diperlukan pengontrolan pada kondisi suhu dan kecepatan angin (Seperti menanam di rumah kaca) tanaman diruangan ini melalui sistem IOT dari hasil hipotesanya diharapkan dapat tumbuh seperti tanaman yang ditanam di alam terbuka yang langsung disinari oleh matahari ditiup angin dan didatangi hama tumbuhan.
Ditemui secara terpisah Dedeng Hirawan, S.Kom., M.Kom mengatakan alasan mengapa saat ini tanamanya adalah sayuran ia mengatakan “Kita memilih sayuran Pakcoy, Kangkung, Selada, karena sayuran tersebut paling mudah dan untuk sistem hidroponik, selain itu sayuran adalah tanaman yang berbentuk daun yang memang diutamakan dalam pengujian awal penelitian melalui penelitian sistem IOT yang dilakukan kedepannya kami juga tertarik untuk mencoba tanaman lainnya seperti buah buahan” pungkas Dedeng
Melalui wawancara yang dilakukan, dedeng hirawan pun menceritakan berbagai kendala penelitian tahap aawal uji coba. Menurut dedeng layaknya sebuah penelitian ditahap awal suatu hal biasa mengalami kegagalan (Tidak langsung berhasil). Kegagalan yang kami alami adalah pertumbuhan tanaman yang tidak bagus karena tumbunya tanaman lain disisi tumbuhan tersebut yang menggangu proses pertumbuhan tanaman, solusinya kami mencoba memasukan ikan kedalam wadah tempat penanaman dengan harapan oksigen antara tumbuhan dan ikan terus berputar ujar dedeng
Sistem penanaman urban farming seperti hidroponik dapat diterapkan diarea terbatas dimana tanaman dapat tumbuh tanpa menggunakan media tanah dan bahan kimia berbahaya seperti pestisida kimia sintetis. Bertani dengan metode Hidroponik merupakan salah satu inovasi yang didorong untuk dikembangkan. Dimana siapa saja dapat melakukannya tanpa perlu memiliki keahlian bertani apalagi memiliki lahan yang cukup luas, bahkan masyarakat yang tinggal di rumah susun atau apartemenpun bisa bertanam bunga ataupun sayuran. Bercocok tanam secara hidroponik menjadi alternatif paling realistis bagi masyarakat yang tinggal di perkotaan. (Direktorat Hms & Pro)