BANDUNG, UNIKOM – Inovasi berbasis teknologi lahir dari kampus, kali ini dosen dan mahasiswa Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM) kembali melakukan langkah nyata melalui program pemberdayaan masyarakat dengan pendekatan kecerdasan buatan (AI) dengan Judul “Pemberdayaan Karang Taruna Mengedukasi Peka Toksin Berbasis AI Sebagai Pencegah dan Pendeteksi Jamur Hitam untuk Melindungi Kesehatan Warga Desa Pamekaran” dengan tema Penguatan Pendidikan, Sains, dan Teknologi. Program ini berfokus pada deteksi dini jamur hitam dan edukasi peka toksin kepada pemuda Karang Taruna di Desa Pamekaran, Kecamatan Soreang, Kabupaten Bandung.
Program yang lolos didanai oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (KEMENDIKBUDRISTEK) melalui skema DIKTI Saintek Berdampak tersebut merupakan bagian dari Program Kreativitas Mahasiswa Pengabdian Masyarakat (PKM-PM) yang menekankan pentingnya kolaborasi antara kampus dan masyarakat dalam menghadapi tantangan lingkungan yang nyata.
Dipilihnya Desa Pamekaran bukan tanpa alasan. Wilayah ini memiliki kondisi lingkungan yang lembap dan aktivitas domestik yang padat, yang berpotensi memicu pertumbuhan jamur hitam atau black mold mikroorganisme yang dapat membahayakan kesehatan, terutama pernapasan. Tim PKM-PM tersebut dibimbing oleh Dr. Hj. Supriyati, S.E., M.Si., AK., CA., ASEAN CPA., C.PI., CIAP., AMKI yang merupakan dosen prodi komputerisasi akuntansi UNIKOM, dan Anggota TIm Mahasiswa yaitu 1). Ketua Tim Nur Aisah - Sistem Informasi, 2). Rizki Dwi Putri Ningsih - Sistem Informasi. 3). Rhadith Eka Erlangga Shaputra - Sistem Informasi, 4). Abdul Malik Febrian Zulkifli - Teknik Informatika.
Dr. Hj. Supriyati, selaku dosen pendamping mengatakan “Jamur hitam ini tidak kasat mata di awal, tapi bisa berdampak besar jika tidak dikenali sejak dini. Itulah kenapa kami memilih pendekatan AI (Artificial Intelligence) dalam program ini,” ujarnya
Sistem AI yang dikembangkan tim UNIKOM mampu mengenali pola visual jamur hitam dari gambar lingkungan sekitar. Dengan algoritma klasifikasi berbasis machine learning, aplikasi ini memberikan notifikasi otomatis ketika ditemukan potensi kontaminasi, sehingga masyarakat dapat segera melakukan langkah pencegahan.
Tak hanya membawa teknologi, tim juga melakukan edukasi langsung kepada Karang Taruna setempat. Mereka diajarkan cara mengenali tanda-tanda toksin dari jamur hitam, termasuk pelatihan simulasi penggunaan aplikasi peka toksin yang telah dirancang khusus agar mudah digunakan. “Pelatihan ini membuka mata bahwa ancaman itu ada di sekitar, dan ternyata bisa dikenali dengan bantuan teknologi,” ujar Nur Aisah selaku ketua tim.
Terakhir, Dr. Hj. Supriyati berharap kegiatan ini bukan hanya soal teknologi, tapi juga tentang menumbuhkan empati dan tanggung jawab sosial mahasiswa serta dapat mengaplikasikan ilmunya untuk menjawab persoalan yang terjadi di masyarakat. Bukan hanya berinovasi, tapi juga hadir dan berdampak, (Direktorat Hms & Pro)