Berita

UNIKOM MENJADI TUAN RUMAH SEMINAR NASIONAL IKATAN DOKTOR ILMU KOMUNIKASI (IDIK) UNPAD BERTAJUK “RESILIANSI KOMUNIKASI DI ERA PANDEMI”

BANDUNG, UNIKOM – Universitas Komputer Indonesia (Unikom) Bandung menjadi Tuan Rumah Seminar Nasional Ikatan Doktor Ilmu Komunikasi (IDIK) Tahun 2022 yang bertajuk “Resiliansi Komunikasi di Era Pandemi” 15 Maret 2022 Pukul 09.00 WIB. Seminar Nasional IDIK UNPAD juga mengundang Gubernur Jawa Timur Dra Khofifah Indarparawansah, MSi, Chief Business Officer Indosat Ooredoo Hutchison, Bayu Hanantasena, dan Guru Besar Ilmu Komunikasi UNPAD, Prof Dr H Engkus Kuswarno, MS, dengan moderator Dr Eki Baihaki.

Rektor Universitas Komputer Indonesia Prof. Dr. Ir. H. Eddy Soeryanto Soegoto, MT dalam sambutan dan membuka acara tersebut mengatakan “merupakan suatu kehormatan bagi Unikom untuk menyelenggarakan acara IDIK yang merupakan bentuk perkumpulan Ikatan Doktor Ilmu Komunikasi di Indonesia, hal ini sangat baik sekali dimana para ahli Ilmu Komunikasi berkumpul membuat satu rumusan yang baik terkait Ilmu Komunikasi berkaitan dengan pembangunan indonesia, Eddy juga mengucapkan Selamat kepada seluruh peserta IDIK  tahun 2022 di Kampus Unikom ini Eddy berharap acara IDIK dapat menghasilkan satu terobosan yang dapat memberikan sumbangsih pemikiran kepada pemerintah kita untuk melakukan bentuk sosialisasi dan Aplikasi komunikasi baik di lingkungan pemerintah, industri dan swasta untuk kemajuan bangsa kita.”ucap Eddy

Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI Ir H AA LaNyalla Mahmud Mattalitti mencermati kondisi ketahanan komunikasi atau resiliensi masyarakat Indonesia ini sejak adanya Pandemi Covid 19 hingga saat ini sudah rentan, untuk itu elit politik seharus menahan diri tidak menambah beban dengan isu-isu yang membuat gaduh publik.

“Rakyat ini sudah susah, sebaiknya informasi dari para elit politik baik dari Partai Politik maupun pemerintah lebih hati hati dalam memberikan pernyataan baik tentang pencegahan covid maupun pesan politiknya,” jelas LaNyalla Mattalitti sebagai Keynote Speaker pada Seminar Nasional Ikatan Doktor Ilmu Komunikasi (IDIK) UNPAD di Universitas Komputer Indonesia (Unikom) Bandung, Selasa (15/3).

Ketua Panitia Seminar Nasional IDIK UNPAD, Dr Melki Supaat, MSi, menjelaskan, seminar nasional ini bertajuk Resiliensi Komunikasi di Era Pandemi, diselenggarakan secara hybrid, yakni daring dan luring. Untuk peserta daring dibatasi sebanyak 50 undangan sesuai dengan protocol kesehatan, sedangkan peserta daring tercatat sebanyak 180 partispant melalui zoom meeting.

Ketua Umum Ikatan Doktor Ilmu Komunikasi (IDIK) UNPAD, Dr Pitoyo, SS, M.IKom mengatakan, Semnas IDIK 2022 ini juga mengundang penulis makalah sesuai dengan tema komunikasi. Jumlah peserta yag mengirimkan makalah ilmiahnya sebanyak 46 makalah yang akan dipublikan di 21 jurnal nasional yang terakreditasi Sinta 2, 3 dan 4 serta 5. Makalah yang sudah dipresentasikan akan direview oleh para reviewer berruptasi nasional bahkan internasional. SElain itu juga didukung oleh Bank BRI, Bank Jatim dan Indosat Ooredoo Hutchison.

Gubernur Jawa Timur Dra Hj Khofifah Indarparawansah, MSi, diwakili oleh Kepala Bidang Komunikasi Publik Assyari menjelaskan tentang tujuh strategi utama pengendalian Covid 19 di Jawa Timur. Pertama, Public Health Messaging. Kedua, Coordination. Ketiga, Healh & Safety Regulation. Keempat, Economic and Social Support. Kelima, education dan Keenam, health and care. “Tujuh strategi inilah yang mengantarkan Jawa Timur Bangkit dan lebih cepat melakukan recovery ekonomi di negeri ini,” kata Assyari.

Prestasi Jatim, mengacu pada program Gubernur Jatim Khofifah, berhasil mencetak prestasi di bidang pangan, sebagai lumbung pangan nasional. Bahkan Jatim menjadi provinsi dengan ekspor komoditi tertinggi. Hasil ekspor dari Jawa Timur senilai Rp 1,3 triliun dan total Rp 7,29 triliun produksi 15 provinsi di Indonesia.“Pada tahun 2022 ini, Jatim menargetkan Jatim Optimis Bangkit,” ungkapnya.

Chief Business Officer Indosat Ooredoo Hutchison Bayu Hanantasena menjelaskan di era pandemi ini, komunikasi justru kian intens. Perkembangan teknologi komunikasi terus meningkat. Menurut Bayu, saat ini masyarakat perlu bersiap diri menggunakan 5G. Alumni ITS Surabaya tahun 1987 ini menjelaskan, tahapan teknologi komunikasi diawali dengan 1G pada tahun 1980-an yang ditandai dengan penggunaan mobile analog voice, kecepatan pengiriman data 2.4 Kbps. Teknologi 2G pada awal 1990-an, memiliki kecepatan 64 Kbps, dengan digital voice & simple data. Berikut menyusul 3G pada tahun 2000-an, kecepatan sudah menyentuh 1-2 mbps, sudah berhasil menghubungkan manusia dengan manusia dimanapun berada. Masyarakat mulai aktif menggunakan media sosial baik untuk mengakses data maupun video saat memasuki  teknologi 4G pada tahun 2010-an, dengan kecepatan 7-200 Mbps.

Guru Besar Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Bandung, Prof Dr H Engkus Kuswarno, MS, mengatakan pada masa pandemi ini masyarakat sudah terbukti teruji dan memiliki ketahanan dan kegembiraan bahkan imunitasnya meningkat denga nada komunikasi yang intens. Prof Engkus, demikian sapaan akrabnya, mengatakan, resiliensi adalah kemampuan beradaptasi dan tetap teguh dalam situasi sulit. Resiliensi dibangun dari tujuh kemapuan yang berbeda dan hamper tidak ada satupun individu yang secara keseluruhan memiliki kemampuan tersebut dengan baik. Kemampuan ini terdiri dari; Regulasi Emosi, pengendalian impuls, optimisme, empati, analisis penyebab masalah, efikasi diri dan peningkatan aspek positif.

Menurut Prof Engkus selama pandemic covid 19 ini ada tiga tipologi dalam masa 2 tahun. Pertama, Persona Paranoid, dalam masa 2 tahun lebih banyak terdampak covid 9mulai delta sampai omicron)  dominan menarik diri dari lingkungan. Hal ini masuk kategori resiliensi rendah. Kedua, Persona optimistic, dalam masa 2 tahun hanya beberapa orang saja yang sakit (terindentifikasi covid) tetapi recoverynya cepat. Gaya komunikasi lebih terbuka, humoris atau resiliensi tinggi. Ketiga, persona fatalistic masa 2 tahun paling sedikit yang terindentifikasi covid), tetapi paling sedikit pengguna vaksin. Cenderung apatis terhadap informasi yang datang dari pemerintah, termasuk di luar masalah pandemic. Resiliensi moderat. “Pandemi ini memberi pelajaran berharga bagi masyarakat, sehingga memiliki daya tahan dari berbagai informasi,” ujar Prof Engkus. (Direktorat Hms & Pro)